”Apa susahnya berjualan obat di apotek ? Itu gampang kok, asal pintar ngecap aja. pokoknya beres deh !!” Ini biasanya dikatakan seorang staf apotek yang jawara dalam hal penjualan. Namun bayangkan jika semua staf apotek jadi demikian, pastilah pasien malah akan bingung dan sakit kepala mendengar semua ocehan ‘tukang kecap’ yang berlomba menjajakan produk – produk apoteknya.
“Kalau produk dan layanannya tidak oke, mana mungkin apotek akan laku, atau mana mau pelanggan balik lagi” pendapat ini biasanya dilontarkan oleh pemilik atau pengelola apotek. Mereka pasti menuntut produk dan pelayanan yang diberikan harus berkualitas prima, dan memang benar bahwa kualitas produk dan pelayanan juga sangat penting.
“Jaman sekarang sih kita sebenarnya berjualan merek saja, karena konsumen membeli apa yang menarik buat mereka” komentar ini yang biasanya dilontarkan oleh para marketer untuk merayu target pasarnya, dengan alasan bahwa sebenarnya konsumen akan membeli dengan cara mengenal terhadap merek (brand) terlebih dahulu.
Semua langkah di atas benar dan tidak bisa ditawar. Para pharmapreneur dan pebisnis apotek, seseorang biasanya akan memulai bisnis dengan ‘bisa membuat atau melakukan sesuatu’ terlebih dahulu. Sebagai ilustrasinya, karena si Anu bisa bikin dodol, dia pasti akan membuat dodol, lalu berbisnis dodol. Tanpa memikirkan dodol yang dikemas menarik, dan dijajakan dengan jasa armada distribusi. Bahkan, mungkin saja tidak memikirkan pemasaran yang luas, asal bisa bikin dan selama masih laku di suatu daerah, buat apa ekspansi ? Buat apa pengembangan produk baru ?. Namun sekarang coba lihat dodol Garut di tahun 1980, yang dulunya tidak mengenal kemasan apik dan variasi rasa yang macam-macam, namun kini mulai mengenal inovasi alias pembaharuan produk.
Pharmapreneur dan pebisnis apotek juga bisa berkaca dari bisnis roti. Jika ingin berbisnis roti, maka tidak lagi cukup dengan membuka toko roti (bakery) di lokasi yang strategis, tanpa memperhatikan aspek-aspek lainnya. Holland Bakery adalah pemain yang sangat sukses dan membuka jaringan yang pesat diberbagai kota. Pemain lainnya mengekor, dan dalam tempo singkat konsumen mulai terbiasa dengan ‘berbelanja roti di tempat yang lebih modern’ seperti Holland Bakery. Namun, kehadiran BreadTalk mengubah peta persaingan. Konsep toko roti yang modern, lebih atraktif, produk-produk yang inovatif, pelayanan yang lebih agresif, disertai sentuhan promosi yang gencar, membuat toko ini selalu dipenuhi pembeli. Pharmapreneur dan pebisnis apotek bisa merenungkan, kira – kira sentuhan apa yang dapat dilihat dari suatu kasus bisnis seperti diatas ? Dimana suatu terobosan dapat dilakukan untuk menggebrak pasar ? Jawabannya adalah : INOVASI !
Pharmapreneur dan pebisnis apotek harus sadar bahwa konsumen pun mengalami kejenuhan, ketika mengkonsumsi suatu produk dan layanan yang itu – itu saja, dan secara diam – diam sebenarnya mereka mengharapkan adanya produk dan layanan lain yang lebih baru, lebih kuat, lebih nyaman, lebih lengkap, lebih praktis, lebih menarik, lebih memuaskan, lebih………, dan lebih banyak lagi.
Saat apoteknya masih laku keras, biasanya kebanyakan pharmapreneur dan pebisnis apotek terlena dan merasa cukup, tidak perlu susah payah melakukan inovasi. Namun, ketika pesaing datang dengan gebrakan yang inovatif, tak jarang pharmapreneur dan pebisnis apotek kaget, dan pelanggannya mulai beralih. Bayangkan, bila kopi tidak pernah diinovasi ? Mungkinkah akan ada cappuccino, mochaccino, classic latte, espresso, macchiato, brewed dan lain sebagainya ?. Inovasi memang mutlak, agar customer tidak berpaling. Beberapa praktek inovasi yang paling sederhana dapat dimulai dari hal ini :
(1) Inovasi kemasan / tampilan, di mana sentuhan pembaharuan dilakukan kepada aspek kemasan, namun isi sama, dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik (attractiveness), sehingga secara visual akan cukup kompetitif dibanding dengan para pesaing. Kemasan yang atraktif juga dapat menjadi elemen promosi yang efektif. Desain cat dan tata ruang apotek adalah salah satu bentuk sederhana dari inovasi ini.
(2) Inovasi produk dan layanaan, bisa dimulai dengan melakukan pengembangan produk dan layanan yang baru, baik berbasis dari produk dan layanan yang sudah ada ataupun produk dan layanan yang memang benar – benar baru. Dengan adanya layanan fix combination antara produk obat yang dijual dan product knowledge yang tersaji di website apotek, hal ini merupakan tampilan keunggulan tersendiri dalam sebuah inovasi dibanding pesaing yang ada. Inovasi memang bukan hanya bertujuan untuk melahirkan sesuatu yang baru bagi pelanggan yang sudah ada, tetapi juga dapat dilakukan untuk melahirkan produk yang disasarkan untuk segmen lain atau pasar yang baru (new product for new market).
Dahulu kopi identik untuk kelangan tua. Kemudian muncul sebuah pertanyaan, mengapa tidak membuat kopi instan yang diformulasi dan dikemas untuk anak muda? Sejurus kemudian lahirlah Nescaffe Ice, Good Day, ABC Mocca dan lain sebagainya. Ini juga buah dari inovasi kopi.
(3) Inovasi tempat, yakni tempat di mana kita berbisnis apotek agar lebih atraktif dan catchy (menarik pandangan). Untuk hal ini, kita bisa melihat minimarket. Semua produsen yang ada di sana pun berlomba untuk manata rak dan cara mendisplay produknya. Bukankah akselerasi untuk tampil atraktif dan catchy bisa dimulai dari kepiawaian dalam mendisplay ?.
Memang, kita sudah masuk era hiperkompetisi, persaingannya sangat ketat. Bila kita merasakannya sebagai konsumen, maka kita pun akan sadar bahwa kita makhluk pembosan, selalu ingin yang baru, selalu ingin yang berbeda, selalu ingin yang lain daripada yang sebelumnya. Jadi mau tak mau, inovasi memang harus secara kontinyu dilakukan, tak ada pilihan. Siap untuk berinovasi di apotek ? Hanya ada satu pilihan, Inovasi atau Mati !.