Tema yang saya angkat kali ini terinspirasi dari kunjungan si Iwan, Dila dan dua temannya saat bertandang ke kantor. Mereka adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang sedang membuat penelitian perihal remuneration scheme. Wajar saja, namanya mahasiswa, ada saja tingkah gokilnya. Ketika akhir sesi diskusi, Dila yang ternyata berasal dari Godean, Sleman, Yogyakarta ini bilang : ” Saya puas dengan Bapak !”. Mendengar ini, spontan saja saya menimpali : ”Terima kasih ya Dil, saya sudah menjadi alat pemuasmu !”, dan langsung deh seisi ruang meeting Anggrek terbahak ria : ”kwkwkwkw..”. Diskusi tersebut mengupas perihal strategi perusahaan agar tetap survive, yang ujung – ujungnya mereka kaitkan dengan remuneration scheme yang diterima oleh karyawan. Inti sebagian pemaparan disela – sela diskusi yang memang mengalir santai tersebut coba saya modifikasi untuk BISNIS APOTEK, seperti berikut. Simak terus ya...
Ada banyak strategi untuk membuat bisnis apotek semakin bertumbuh dan tetap survive. Minimal tiga jalur ini akan memiliki kontribusi bagi bisnis apotek, yakni :
- Increase the number of transaction
- Increase the frequency of transaction
- Increase the amount of transaction
Pharmapreneur dan pebisnis apotek sekalian, tiga jalur ini harus dimaksimalkan oleh staf dan pengelola apotek, yakni : meningkatkan jumlah, frekwensi dan nilai transaksi. Untuk mewujudkan hal ini, langkah termudah adalah dengan menyentuh customer yang telah eksis di apotek (existing customer base). Staf dan pengelola apotek perlu mengeksplorasi adanya peluang untuk meningkatkan frekwensi serta nilai setiap kali customer melakukan transaksi. Bahkan, customer baru pun akan atraktif dengan ketiga sentuhan tersebut. Biasanya untuk menyentuh customer baru, kebanyakan apotek cenderung pasif tanpa ada aksi yang signifikan. Ada satu cara yang ampuh untuk menambah customer baru di apotek dengan lebih efektif dan efisien. Tebak – tebak buah manggis, cara apakah ini ...? Referral. Benar sekali bahwa referensi atau rujukan, apabila diucapkan oleh orang yang memiliki kompetensi dan terpercaya, tentu ini akan menjadi media promosi yang dahsyat dan murah meriah bagi bisnis apotek. Dokter merupakan salah satu rekan profesi kesehatan terdekat dengan bisnis apotek diantara profesi kesehatan lainnya, dan keberadaannya sudah terkenal di masyarakat. Sampai saat ini pun, masyarakat masih cenderung mempercayakan kebutuhan sakitnya pada profesi tersebut. Berdasar fakta ini, dokter merupakan subyek yang tepat agar bisa memberikan referensi kepada bisnis apotek. Ini merupakan cara yang manis untuk mendapatkan customer.
Berikut ini adalah empat cara sederhana bagi bisnis apotek independen untuk mendapatkan referensi dari dokter setempat :
1. Merangkul dokter yang baru praktek
Lakukan identifikasi terhadap dokter yang baru buka praktek di seputar lingkungan bisnis apotek. Jadilah pendengar, ambil kesempatan untuk melihat apa yang mereka butuhkan dan bagaimana bisnis apotek bisa membantu mereka mencapai tujuan. Sesekali tidak ada salahnya berkunjung kepada mereka, walau hanya sekadar menyapa dan menciptakan obrolan ringan. Seringkali hal – hal sederhana justru akan berdampak signifikan. Cara ini juga terbilang efektif, dengan menggunakan logika bahwa para dokter yang baru membuka praktek tentu akan membutuhkan informasi, pengetahuan wilayah, dan rekan. Secara pro aktif merangkul mereka terlebih dahulu, tentu akan membuat kesan positif.
2. Menjalin hubungan dengan staf dokter
Kenalilah para staf yang membantu praktek si dokter, baik perawatnya, teknisinya, bahkan resepsionisnya. Mereka merupakan kunci yang mampu menjembatani antara si dokter dengan kepentingan bisnis apotek. Pergaulan yang baik dengan mereka juga akan menguak sisi kepribadian dokter, dimana ini merupakan informasi penting untuk mengawali hubungan dengan dokter tersebut. Tak jarang pula, untuk keperluan tertentu dokter akan mempercayakan kepada stafnya.
3. Melakukan training kepada staf & pengelola apotek
Berhubungan dengan dokter dan stafnya merupakan sebuah hubungan yang spesial, karena mereka adalah orang – orang yang profesional. Training merupakan solusi agar para staf dan pegelola apotek mampu menjalin dan mengembangkan hubungan tersebut. Untuk masalah training selain bisa dilakukan oleh internal bisnis apotek, mengirimkan mereka pada even training eksternal juga diperlukan. Jika memang dibutuhkan, sesekali waktu bisa pula mengundang praktisi untuk memberikan suplemen skill & knowledge terkait bisnis apotek. Ini perlu untuk digaris bawahi, bahwa bisnis apotek tidak akan perform dengan baik jika staf dan pengelolanya tidak memiliki pengetahuan dan keahlian yang mumpuni. Training juga merupakan ajang sharing knowledge antar praktisi dan staf serta pengelola apotek.
4. Meningkatkan citra bisnis apotek & mendidik customer
Staf dan pengelola apotek yang terampil dan berpengetahuan hanya akan membutuhkan polesan sedikit untuk membuat citra apotek lebih dikenal dokter & customernya.
Sesekali waktu carilah informasi dari pasien yang merasa kesal terhadap pelayanan seorang dokter, datanglah ke dokter tersebut untuk berbincang tentang hal itu. Jangan lupa, jika anda datang sekaligus membawa alternatif solusi tentu ini akan menjadi lebih baik. Untuk memulai ini, anda bisa memfokuskan pada kasus tertentu yang mudah dipecahkan namun memiliki dampak signifikan. Misalnya :
- Pendidikan sehat bersama diabetes, terkait dokter Sp.PD
- Manajemen darah tinggi (hipertensi) & layanan tensi, terkait dokter Sp.PD
- Solusi bagi anak susah makan, terkait dokter Sp.A
- Berlatih meracik menu cerdas untuk bayi, terkait dokter Sp.A
- Pelatihan penyuntikan insulin, terkait dokter Sp.PD
- Dan lain – lain.
Output bila kolaborasi ini terwujud tentu akan sangat dahsyat, baik untuk bisnis apotek, dokter dan pasien.