Setelah beberapa hari terakhir, racikan sajian menu di warung bisnisapotek.blogspot.com/ lumayan terasa berat, maka dari itu sajian kali ini hanya akan menyuguhkan menu curhat alias curahan hati saja. Ini loh contoh komentar si dia yang merasakan beratnya menu di warung BISNIS APOTEK akhir – akhir ini : “Bengi2 ngomongi BEP and ROI...nggarai tambah ngelu, yang laen aj..wkwkkwkwk”. Heran juga sih, katanya bikin pusing (ngelu-red.), tapi koq menunya abis juga…hehehe.
Oke bloggers sekalian, curhat ini akan berisi antara aku, pelanggan & apotek.
Cerita 1 “Opening pas Ramadhan, jam buka apotek : 04.30 pagi”
Soft opening Apotek dilakukan bertepatan dengan dimulainya bulan Ramadhan. Para pasukan waktu itu (saat masih pada ”jomblo” hehehe...) sepakat untuk membuka gerai apotek sehabis sholat shubuh, alias jam 04.30 WIB. Walhasil, seragam apotek kebanggan adalah sarung & peci hitam. Ada salah satu bapak yang sempat mampir bertanya padaku : ”Mas ini tempat bong supit baru ya ?” (gubrak..!!??!!). Mereka pikir itu adalah tempat praktek sunat, gara – gara yang sering nongkrong di sana pada pakai sarung & peci.
Cerita 2 ”Aku jadi tukang pijit”
Suatu ketika ada pasien yang mengeluh merasakan pegal yang sangat, di tungkuk dan bahu kanan – kirinya. Pasien itu menceritakan semua keluhannya padaku. Awalnya ia merasa was – was, takut jika keluhan itu adalah gejala hipertensi. Sejurus kemudian dilakukan pengukuran tensi. Angka tensimeter menunjukkan nilai normal diastol / sistolnya. Aku menyarankan agar pasien tersebut menggunakan cream penghilang nyeri, namun ia bersikeras menolak, karena istrinya sudah mencoba beberapa cream ternyata tak juga reda. Akhirnya, aku turun tangan untuk mempraktekkan cara pakai cream yang benar pada kasus pegal tersebut. Walhasil, di malam berikutnya psien itu datang lagi sambil membawa cream yang kemarin, sambil ngomong : ”Wah, yang ini creamnya bagus Mas. Tolong saya dioleskan cara yang benar seperti kemarin”. (Wadow..., bisa – bisa ganti praktek tukang pijit neh..!)
Cerita 3 ”Rokok”
Suatu hari rekan saya kedatangan pelanggan. Setelah sedikit basa – basi, si pelanggan akhirnya mengutarakan maksudnya : ”Beli rokok ketengan ada mas..?” (hey bung, ini apotek bukan warung rombong !!!).
Cerita 4 ”Asam Semangat”
”Mas, saya mau beli obat untuk sakit gigi seperti yang diminum kemarin !” Ujar seorang pasien. Karena aku bukan orang yang menyarankan obat waktu kemarin, maka aku tanya dia : ”Kemarin yang dipakai parasetamol ? Pamol ? Oskadon SP ?”. Pasienku menjawab : ”Bukan Mas, itu loh...Asam Semangat !” (wek...*_* ). Oh, ternyata yang dimaksud pasienku adalah Asam Mefenamat 500mg.
Cerita 5 ”Jam Tangan”
Tersebutlah seorang tokoh masyarakat bernama Pak Dukuh. Ia menderita stroke akibat penyakit hipertensi yang dideritanya. Aku sering berkunjung ke tempat beliau, walau hanya sekadar memeriksa tensi dan ngobrol – ngobrol santai dengannya. Suatu ketika, tensinya mendadak naik dan oleh dokter puskesmas disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat. Namun Pak Dukuh tidak mau, alasannya ia mau menunggu aku terlebih dahulu. Selang beberapa waktu aku dipanggil. Setelah dilakukan pengukuran tensi, akhirnya aku setuju dengan dokter puskesmas, bahwa Pak dukuh harus ke rumah sakit. Selidik punya selidik, aku iseng bertanya kenapa Pak Dukuh tidak mau dirujuk dokter ke rumah sakit. Ia menjawab : ”Bu Dokter tadi ngukurnya pakai jam, kan saya pengin ditensi !” Weleh...weleh...ternyata dokternya sewaktu ngukur tensi tadi menggunakan tensimeter digital yang di pasang di pergelangan tangan, dan itu dikira jam tangan.
Cerita 6 ”Kiriman Uang”
Suatu ketika, aku mendapat keluhan dari seorang pasien dan menurutku keluhan itu memang tidak bisa aku selesaikan sesuai batas keilmuanku. Maka pasien itu aku sarankan untuk periksa ke salah seorang dokter di rumah sakit dekat apotek. Sebagai tanda penghormatan, aku menulis surat rujukan tentang keluhan pasien itu kepada si dokter. Selang satu minggu, aku kaget bukan kepalang. Diatas meja kerjaku ada amplop yang berisi sepucuk surat berbunyi : ”terima kasih atas rujukannya, salam ! *paraf sang dokter*”. Bukan hanya itu saja, ternyata di dalam amplop itu juga berisi selembar uang dan se-bendel surat rujukan. Hohohohoho...
Cerita 7 ”Spontan”
”Silahkan Pak...ada yang bisa saya bantu ?” Sapaku pada seorang bapak paruh baya. Dengan nada terburu – buru : ”Cepetan Mas...saya mau spontan !”. Aku menimpali : ”Maaf Pak, spontan apanya ya ?”. Pasien menjawab : ”Yah spontan obatnya, 5 biji aja”. Oh...ternyata pasien ini butuh obat Ponstan® untuk sakit giginya. (Wong obat Ponstan® koq ya Spontan, walah Pak..aya..aya..wae..).
Itulah sekelumit curhat antara aku, pasien & apotek. Semoga cerita – cerita ringan ini bisa mewarnai menu sajian warung bisnisapotek.blogspot.com/ (cooling down dulu coy..!). Bagi bloggers sekalian yang punya pengalaman di apotek, ditunggu sharing komentarnya. Untuk komentar dan tanggapan, bisa langsung klik ”komentar” pojok kanan di bawah ini !
wedew..paling kusuka crita yg ke 6 tuh..sering2 aja bikin surat rujukan ya.. hahahahaha..aku jg pernah punya crita lucu..
BalasHapus1. saking seringnya pasien nanya obat batuk si AA kan selalu bertanya balik ''berdahak atau kering ?'' suatu malam pasien antri panjang banget n pada ga sabar antri dikasir ,lalu ada pasien dusel diantrian ''mb' obat skit perut donk?'' katanya..ga peduli pasien yang lain merengut karena di dusel begitu aja..si AA saking paniknya spontan aja jawab ''berdahak atau kering ,mas''..jelaas aja masnya bingung n malu mau jawab disela2 antrian..begitu nyadar si AA buru2 minta maaf n ngakak..si pasien n yg menunggu antrian tmsuk kasir ikutan ngakak ..hahaha,dagelan mataram kataku dri belakangnya..
2. trus ada lagi pelanggan yg borju n kalo ke Apotek tanpa basa-basi..begitu hadep2an dg yg jaga apotek langsung bilang ''Adalat oros''..nah kebetulan yg diajak ngomong adalah kasir baru..si kasir pengennya jg mandiri ga mau sering2 nanya ma farmasisnya dia langsung cari Adalat oros diabjad L dan ga ketemu2, si Apoteker akhirnya nanya melihat sikasir bingung liat rak ga ketemu2 tuh obat..pas di tanya ''nyari apa ,mas?'' si kasir jawab ''LATOROS bu''..si Apoteker terdiam sejenak n bertanya ma kasirnya ''emang pasiennya blng gimana?''..si kasir jawab ''AdaLatoros''...langsung aja kami yg diruang racik ngakak karena yg dimaksut Adalat Oros tentunya..wkwkwkwkwk (Akulah Apoteker yg Ngakak itu..xixi)
Mbak Rahmadanik, hehehe..so cool. Untung AdalatOros / AdaLatoros ga' berubah jd AdalatBoros.. ;)
BalasHapusTrims charing-nya, ditunggu sharing-nya di tema2 yang lain...salam.