Jumat, 12 November 2010

MENGHARUMKAN NAMA DIBALIK BENCANA


Bencana, datang tak diundang dan pergi tak diantar. Masih saja menjadi sajian hangat di televisi, bencana yang sedang melanda negeri ini. Gunung Merapi  masih belum mau berdamai dengan warga Yogyakarta, Wasior luluh lantak akibat banjir bandang, Mentawai masih menyisakan derita yang mencekam. Itu semua membuat miris hati bila menyaksikan. Sejurus dengan kondisi ini, terlihat aksi tanggap darurat dan penyaluran bantuan bagi korban kacau balau, hingga akhirnya presiden sendiri turun tangan bahkan rela menginap bertempat tinggal diantara para korban.
Ingatkah para blogger sekalian saat badai Katrina menghantam New Orleans beberapa tahun silam ? Segenap jajaran pemerintah AS yang bertanggungjawab menangani bencana juga sama dengan pemerintah Indonesia, mengalami kepanikan dan gagal dalam mengambil tindakan penanggulangan yang responsif. Namun persis pada momen itu, sejumlah perusahaan besar Amerika bergerak cepat dan serentak memberikan respon. Perusahaan Fedex yang ahli dalam logistik langsung bergerak dan dalam hitungan jam mampu mendistribusikan bantuan bagi ratusan ribu korban Katrina. Sementara perusahaan retail raksasa Walmart langsung menginstruksikan jaringan gerainya disekitar kejadian bencana untuk memasok ribuan item bahan makanan secara gratis bagi para korban. Banyak pengamat yang tertegun dengan kecepatan kedua perusahaan itu dalam mengelola logistik dan supply chain bagi daerah bencana. Kisah heroisme kedua perusahaan tersebut pada tragedi Katrina merupakan contoh terbaik tentang bagaimana menjalankan disaster management.
Balik pada kondisi Indonesia saat ini, telah banyak pula perusahaan yang beramai-ramai membuka dompet bencana untuk menyalurkan bantuan. Bagus juga inisiatif semacam ini, but that’s not enough.
Dalam konteks inilah, "BISNIS APOTEK" ingin memunculkan gagasan untuk mengkombinasikan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan inisiatif Disaster Management. CSR, bagi pebisnis apotek tentu ini menjadi tema penting bagi keberlanjutan jalannya bisnis. Nah...disini ada dua inisiatif penting yang mungkin layak ditimbang kala kita mau mensinergikan kegiatan CSR VS disaster management.

1. Masukkan program disaster management yang terpadu sebagai bagian dari program CSR.
Mungkin belum ada pebisnis apotek yang mengkombinasikan kedua unsur itu, ataupun jika ada masih sedikit jumlahnya. Sebagai panduannya, perusahaan United Tractrors (produsen traktor dan buldozer) mempunyai tim disaster management yang menawan untuk ditiru. Ketika suatu desa di Sleman tersapu abu vulkanik, mereka dengan cepat menyiapkan satu tim buldozer lengkap dengan sopirnya yang trampil untuk bergerak menuju lokasi. Ada satu contoh lagi, Pertamina mempunyai tim disaster management yang solid sebagai bagian dari CSR. Disaat ribuan pengungsi di Cangkringan kekurangan pasokan air, segera ratusan truk tim disaster management Pertamina datang memasok ribuan liter air bersih – lengkap dengan sistem manajemen distribusinya. Tidakkah langkah-langkah seperti ini jauh lebih keren dibanding sekadar membuka dompet bencana ? Apa yang bisa dilakukan oleh pelaku bisnis apotek untuk hal ini ? Tentu dengan membentuk satu kesatuan tim terpadu dengan tenaga kesehatan lain dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi korban bencana. Ini mungkin hanyalah sebuah contoh yang sederhana : fokus pada satu layanan yakni "pemeriksaan mata", tata cara penggunaan obat mata yang benar, serta pencegahan symtom kronis pada mata. Hanya fokus pada satu layanan ini saja tentu akan membuat nama bisnis apotek menjadi lebih fresh, dan lebih awareness. Ingat, Fedex hanya fokus pada distribusi logistik yang sejalur dengan bisnisnya saat tragedi badai Katrina.

2. Memberikan bantuan human capital (brain capacity) dan keahlian manajerial.
Pelaku bisnis apotek tidak hanya cukup memberikan donasi uang atau dompet bantuan. Sebagai bagian dari CSR, ada yang lebih penting dari itu, yakni : memberikan bantuan human capital (brain capacity) dan keahlian manajerial. Banyak pelaku bisnis apotek yang mempunyai tenaga handal dalam bidang terapi obat, counselling, supply chain dll. Lalu mengapa mereka tidak mengirimkan tenaga - tenaga handal terbaiknya terjun ke lokasi, menyiapkan disaster management yang terkoordinasi rapi demi menolong para korban bencana ? Dan persis langkah semacam itulah yang dulu dilakukan oleh Fedex dan Walmart ketika badai Katrina menyerbu, mereka langsung mengirimkan para manajer terbaiknya dalam bidang logistik ke lokasi bencana; dan membebaskan mereka semua dari rutinitas tugas kerja. Puluhan manajer lainnya juga diberikan cuti gratis dan langsung diminta menjadi sukarelawan untuk total bekerja membantu korban bencana. Ditopang oleh keahlian manajerial dan sistem logistik yang profesional, para manajer ini dengan sigap mampu mengelola bencana dengan sangat rapi dan teratur.

Demikianlah dua inisiatif kunci yang bisa dilakukan untuk mensinergikan kegiatan CSR dengan Disaster Management. Kalau saja inisiatif penting ini dilakukan, mungkin reputasi bisnis apotek akan menjadi kian harum. Namun ada yang lebih penting lagi : karyawan menjadi sangat bangga berada di sebuah bisnis yang peduli dengan tugas-tugas kemanusiaan yang mulia nan luhur.
Dulu, selepas menunaikan tugasnya yang heroik menyelamatkan korban Katrina, puluhan karyawan Fedex saling berangkulan dan meneteskan air mata. "We are proud to be members of Fedex !", begitu pekik mereka dengan penuh keharuan. Tidakkah itu merupakan cara semacam itu sumber motivasi yang amat kuat untuk membangun SDM yang tangguh dan berhati mulia dalam bisnis apotek anda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar