Jumat, 19 November 2010

BEP (Break Even Point) VS ROI (Return On Investment) Bisnis Apotek



Sore tadi sepulang dari kantor, ada kejutan menarik saat bertandang ke warung bisnisapotek.blogspot.com/. Terpampang tulisan ala ceker ayam (huh…jeleknya !), seperti ini :

Replied on 18/11/10
From : team
To : pharmapreneurship
Cc : -
Subject : warung laris, segera ksana !

Dear : pharmaprenuersip,

Banyak job bro, urgent :

  1. Bls comment sofi (@blog !), Zugenk (@FB).
  2. Request BEP (Break Even Point), fr Noniek.
  3. Feed Back IAI Forums
  4. Satenya masih 10 tusuk ! (halah..yg ni ga’ penting banget deh.., ga’ penting klo dilewatkan maksudnya ! xixixixi…)

Poin 3 sudah OK, poin 4…sekarang dah tinggal kecapnya doang (huff...!!!) dan selanjutnya melangkah ke poin 2 dulu. Dalam rangka pelayanan customer BISNIS APOTEK, kali ini kami akan menyajikan tema BEP  (Break Even Point) alias titik impas.

BEP ki piye to ? kok banyak yg salah kaprah ya..dianggap sbg acuan balik modal..” Itu adalah sepenggal kalimat yang masuk dalam inbox kami, jika masih ada yang roaming, terjemahan bahasa indonesianya kurang lebih demikian : “BEP itu yang gimana sih ? Kok banyak yang salah tujuan ya..dianggap sebagai acuan balik modal..”

BEP (Break Even Point),  apaan sih ?
Baik…biar lebih segar, tiada salahnya kita kembali berkenalan dengan sosok BEP ini. BEP (Break Even Point) merupakan keadaan dimana suatu bisnis yang dijalankan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian (impas). Dalam menghitung BEP, ada 3 pendekatan berikut yang bisa digunakan, yakni :

1. Table Approach
Pendekatan ini digunakan dengan cara menghitung jumlah pendapatan / penjualan atas sejumlah produk tertentu, sehingga mampu menutupi total biaya yang dikeluarkan atas penjualan produk tersebut. Table approach ini terlalu ribet dipakai, karena harus mencocokkan satu per satu nilai pendapatan / penjualan dengan banyak / besarnya jumlah produk yang harus terjual sehingga ditemukan titik nol (tidak laba dan tidak rugi), secara coba – coba.

2. Graph Approach
Pendekatan grafis ini dilakukan dengan cara menggunakan kurva pendapatan, biaya tetap dan total biaya pada berbagai tingkat penjualan. Break Event Point biasanya tergambar dalam grafik yang disebut gambar break event (break even chart), pada gambar tersebut akan diketahui sekaligus jumlah rupiah dari hasil penjualan, jumlah unit produk yang terjual, biaya variabel, biaya tetap serta marginal laba atau kerugian pada tingkat penjualan tertentu dengan melihat titik Break Event Pointnya. Untuk itu data yang perlu disiapkan adalah : data pendapatan / penjualan, biaya tetap, total biaya, dan data jumlah unit produk yang terjual / volume penjualan. Nah..data yang saya bold merah tersebut, menurut saya sulit untuk terpenuhi. Kenapa ? Karena produk yang terjual dalam bisnis apotek tersaji atas banyak jenis / item. Walaupun mungkin bisa di generalisir secara mix, namun menurut saya tetap akan menghasilkan nilai yang bias. Berikut ini mungkin bisa menggambarkan Graph Approach pada penentuan BEP (Break Even Point) :



Menurut saya, data jumlah unit produk yang terjual / volume penjualan (sumbu X) mungkin bisa diganti dengan periode / waktu, sehingga lebih mudah menarik benang merah antara pendapatan / penjualan (sumbu Y) dengan waktu (sumbu X) untuk mendapatkan informasi dalam pencapaian BEP (Break Even Point). Dengan demikian, Graph Aprroach yang digunakan akan berubah seperti contoh di bawah ini :


3. Aritmatic Approach
Aritmatik Approach ini dapat dilakukan dengan rumus-rumus aljabar dan dengan trial & error. Bila menggunakan rumus-rumus aljabar, maka titik BEP (Break Event Point) baik dalam unit maupun satuan uang (rupiah) dengan cepat bisa diketahui. Berikut adalah pendekatan aritmatik untuk menghitung BEP (Break Even Point) :


Kesimpulannya, dalam menghitung BEP pada bisnis apotek saya secara pribadi lebih suka menggunakan pendekatan ke 2, Graph Approach dimana unit produk yang terjual dimodifikasi menjadi satuan waktu (sumbu X) VS pendapatan / penjualan (sumbu Y).

ROI (Return On Investment), apalagi nih ?
Saya akan membantu dalam memahami ROI melalui diagram berikut :



Dari diagram tersebut terlihat jelas bahwa ROI adalah sebuah ukuran profitabilitas dalam rangka mengembalikan biaya investasi melalui margin dan perputaran penjualan. Artinya, faktor yang akan mempercepat pengembalian nilai investasi pada sebuah bisnis, termasuk di dalamnya bisnis apotek, yakni dengan cara mempercepat laju perputaran sales dan atau memperbesar marjin laba atas produk & layanan di apotek. Untuk kepentingan ini, maka pebisnis apotek perlu melakukan pengendalian atas biaya – biaya operasional yang berhubungan dengan penjualan & layanannya, misal : pengurangan pembelian obat langsung, dan mengupayakan purchase order serta delivery system dengan TOP / Term Of Payment (pembayaran tempo) yang maksimal.
Secara lebih jelasnya, elemen – elemen ROI yang bisa di”main”kan tersaji pada tabel berikut :



Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa alat untuk mengukur efektivitas & efisiensi investasi pada bisnis apotek dapat dilakukan dengan pendekatan ROI (Return On Investment). Semakin gesit dalam memainkan elemen – elemen ROI (Return On Investment) niscaya akan semakin cepat pula pengembalian atas nilai investasi bisnis apotek.

Kritik atas ROI (Return On Investment) !

Sebagaimana sebuah alat ukur, tentu ROI (Return On Investment) juga memiliki sebuah kelemahan. Beberapa kelemahannya yang layak dicatat adalah :

  1. Jika tidak hati – hati, dalam pengendalian elemen ROI (Return On Investment) terkadang hanya akan menekankan kinerja jangka pendek.
  2. Bila terlalu kaku dalam mengendalikan elemen – elemen ROI (Return On Investment), terkadang pebisnis apotek akan enggan untuk melakukan ekspansi, karena dalam jangka pendek ekspansi bisnis hanya akan menurunkan ROI (Return On Investment)
Kecermatan dan naluri bisnis yang diasah secara optimal, tentu akan melahirkan intuisi – intuisi ajaib dalam memainkan alat ukur – alat ukur tersebut agar tujuan finansial bisnis apotek berada pada posisi pencapaian maksimalnya. (Nggak terasa udah malem, dan besok harus ke Slipi pagi – pagi...huff *sok gaul, mode : ON*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar